Cerpen Yang Berjudul "Pembohong"
Pembohong
Kepergian Ayah membuat semuanya berubah,yang
sebelumnya Ibu hanya memasak didapur dan membersihkan rumah sekarang Ibu juga
mencari nafkah untuk Edi anak satu satunya dari dua bersaudara,anak pertama Ibu
yang bernama Dono sudah angkat kaki dari rumah setelah kepergian Ayah dan tidak
memberi kabar dia ingin pergi kemana dan pada suatu hari Ibu mendapat kabar
bahwa Dono sudah menikah dengan wanita asal negeri paman Sam dan menetap disana
bersama pasangannya,bagaimana tidak sedih seorang Ibu yang sudah ditinggal suaminya
dan anak pertamanya, akan tetapi Ibu tidak menampakkan kesedihannya kepada Edi,beberapa
tetangga rumah menanyai kepada Ibu mengapa Ibu tidak menikah lagi dan Ibu
menjawab “Saya tidak butuh cinta”,Ibu yang tiap hari nya menjual gemblong ketan
di pasar pasar tradisional,meskipun penghasilannya sedikit Ibu tetap bersyukur
dan dengan rasa bersyukurnya itu Ibu beribadah kepada Allah,Ibu selalu melaksanakan
sholat dhuha dan malam setiap harinya,terkadang Ibu pergi memancing untuk
memberikan Edi sedikit asupan gizi,Ibu memotong bagian badan ikan yang sudah dimasak
dan diberikan kepada Edi,Edi melihat Ibu mengambil sisa sisa yang masih ada yang
menempel pada tulang ikan,Edi pun memotong daging ikan yang di beri Ibu kepada
nya dan membri ke Ibu nya kembali akan tetapi Ibu mengembalikan potongan itu ke
piring Edi dan berkata “Ibu tidak lapar nak” dengan senyuman.
Tes masuk SMA pun di mulai,Ibu menunggu Edi di bawah
sinar matahari yang sangat terik sambil menjinjing teh manis dingin ,dan tak
lama kemudian Edi pun selesai mengerjakan tes nya dan langsung menghampiri Ibu
Ibu : “Bagaimana dengan ujian masuk nya nak?” tanya ibu
sambil menuangkan teh manis dingin
Edi : “Alhamdulillah,dipermudah oleh-Nya Bu” Jawab Edi
Ibu : “Ini minumlah teh nya selagi sedang dingin”
Lanjut Ibu
Edi :“Berdua ya minumnya,Ibu juga pasti haus dan letih
karena sudah menunggu Edi ujian” Jawab Edi
Ibu : “Tidak,Ibu tidak haus,habiskan ya Edi teh nya”
Dan akhirnya pun Edi diterima masuk di SMA tersebut,ketika
Edi sudah masuk di SMA itu Edi pun belajar dengan giat supaya Edi di terima di
perguruan tinggi yang Edi inginkan supaya Ibunya bangga dengan Edi.
Tak terasa 3 tahun kemudian Edi lulus dari SMA
tersebut dengan nilai UN terbesar satu provinsi daerahnya dan Edi pun diterima
di perguruan tinggi di Jepang,dan Edi pun izin pamit untuk pergi ke Jepang untuk
melanjutkan pendidikannya,Edi sedih meninggalkan Ibu nya sendiri “Tidak apa apa
nak,Ibu bangga dengan Edi bisa pergi ke Jepang dengan beasiswa penuh” Tutur Ibu
nya dan akhirnya Edi pun berangkat ke Jepang untuk melanjutkan pendidikannya.
Sekian lama Edi di Jepang,tetangga nya memberitahu
kepada Edi bahwa Ibu nya sedang kritis di sebuah rumah sakit,dengan segeranya
Edi bersiap dan kembali ke tanah air dan menjenguk Ibu nya
Edi : “Ibu”
Ibu : “Iya Edi”
Edi : “Ibu sakit?”
Ibu : “Tidak Edi,Ibu hanya letih”
Edi : “Ibu jangan tinggalkan Edi” sambil meneteskan
air mata
Ibu : “Ibu selalu bersama Edi,Edi jangan sedih”tangan Ibu
mengusap air mata Edi
Edi : “Edi sayang sama Ibu”
Ibu : “Ibu juga sayang sama Edi,Sudah jangan nangis ya,kalau
pun Ibu pergi berarti Allah sayang sama Ibu,Edi jaga diri baik baik ya”
Edi : “Ibu jangan pergiii!!!”
Ibu pun membaca dua kalimat syahadat dan menghembuskan
nafas terakhirnya.
Pesan Moral :
-
Seorang Ibu akan
rela sakit,kelaparan,kehausan,menutupi kesedihannya untuk anaknya.
-
Tiada kasih sayang
yang lebih besar di semesta ini selain rasa sayang Ibu kepada Anaknya
-
Sayangilah Ibu mu
selagi masih ada
-
Jangan sekali
sekali berkata “Ah” kepada kedua orang tua mu
Created by Abdul Aziz
50417014
Gunadarma University
Komentar
Posting Komentar