Makalah Kemiskinan
MAKALAH ILMU
SOSIAL DASAR
“KEMISKINAN”
Oleh:
Abdul Aziz ( 50417014 )
TAHUN PEMBELAJARAN 2017 – 2018
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
Jl. KH.Noer Ali, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota
Bekasi, Jawa Barat 17145
Telp. (021) 78881112
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,puji
syukur saya ucapkan kepada Allah S.W.T Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia yang selalu dilimpahkan-Nya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang bertema “KEMISKINAN”
pada mata kuliah Ilmu Dasar Sosial.
Pada Kesempatan kali ini penyusun ingin menghanturkan terima kasih
yang tak terhingga kepada Ibu, Bapak, dan teman-teman yang telah memberikan
do’a ,dorongan, semangat, dan bantuan hingga selesainya penyusunan makalah ini.
Penyusun juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Edi Fakhri selaku dosen pengajar Ilmu Dasar Sosial yang telah
membantu menyusun makalah ini.
Penyusun sangat menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penulisan
dan penyusunan makalah ini. Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca atau peneliti lainnya demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat berguna untuk
pembaca dan penyusun.
Bekasi,
22 Januari 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Permasalahan yang tengah
dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan lahir bersamaan dengan
keterbatasan sebagian manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Kemiskinan telah
ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia
dapat dipastikan adanya golongan konglomerat dan golongan melarat. Dimana
golongan yang konglomerat selalu bisa memenuhi kebutuhannya, sedangkan golongan
yang melarat hidup dalam keterbatasan materi yang membuatnya semakin terpuruk.
Pada sebagian besar
pendapat manusia mengenai kemiskinan pada intinya mereka berpendapat bahwa
kemiskinan menggambarkan sisi negatif, yaitu pengamen yang membuat tidak nyaman
pengguna jalan raya, pengemis, gubuk kumuh dibawah jembatan layang yang nampak
tidak indah, mencemari sungai karena membuang sampah sembarangan, penjambretan,
penodongan, pencurian,dll. Dengan demikian, kemiskinan
Sangat indentik dengan
kotor, kumuh, malas, sulit diatur, tidak disiplin, sumber penyakit, kekacauan bahkan
kejahatan.
Sebagai masalah yang
menjadi isu global disetiap negara berkembang, wacana kemiskinan dan
pemberantasanya haruslah menjadi agenda wajib bagi para pemerintah pemimpin
negara. Peran serta pekerja sosial dalam menagani permasalahan kemiskinan
sangat diperlukan, terlebih dalam memberikan masukan (input) dan melakukan
perencanaan strategis tentang apa yang akan menjadi suatu kebijakan dari
pemerintah.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah menurut penulis adalah
1.
Apa pengertian
dari Kemiskinan ?
2.
Apa Indikator – Indikator
dari Kemiskinan itu sendiri menurut penulis ?
3.
Pengukuran Kemiskinan
?
4.
Apa saja penyebab
terjadinya Kemiskinan ?
5.
Apa dampak dari
Kemiskinan terhadap Masyarakat ?
6.
Apa perkembangan
tingkat Kemiskinan di Indonesia ?
7.
Bagaimana cara upaya
pemerintah mengatasi Kemiskinan ?
I.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah pembaca mengerti apa itu yang dimaksud dengan
kemiskinan,indikator kemiskinan,cara mengukur kemiskinan, apa saja yang bisa
menjadi penyebab terjadinya kemiskinan, apa saja dampak dari kemiskinan
terhadap masyarakat, dan lain lain.
BAB II
ISI
II.1 Pengertian
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan ,
pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman utamanya mencakup:
1.
Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2.
Gambaran tentang
kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk
pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
3.
Gambaran tentang
kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di
sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik danekonomi di seluruh
dunia.
II.2 Indikator – Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi
kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail indikator-indikator
kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip
dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagi berikut:
1.
Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2.
Tidak adanya akses
terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air
bersih dan transportasi).
3.
Tidak adanya
jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4.
Kerentanan
terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5.
Rendahnya kualitas
sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6.
Kurangnya
apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7.
Tidak adanya akses
dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8.
Ketidakmampuan
untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9.
Ketidakmampuan dan
ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah
tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
II.3 Mengukur Kemiskinan
Kemiskinan bisa
dikelompokan dalam dua kategori, yaitu :
1.
Kemiskinan Absolut.
Kemiskinan absolut
mengacu pada satu set standard yang konsisten ,tidak terpengaruh oleh waktu dan
tempat/negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari
populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira
kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan
absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah
untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada
2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar
orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari." Proporsi penduduk negara
berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990
menjadi 21% pada 2001.Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk
dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang
separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu
tersebut.
2.
Kemiskinan Relatif
Kemiskinan
Relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang
belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan
ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi
hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan
penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari
total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran.
Kelompok
ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif
sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk sehingga
dengan menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir bersama
kita”.
Dalam
praktek, negara kaya mempunyai garis kemiskinan relatif yang lebih tinggi
daripada negara miskin seperti pernah dilaporkan oleh Ravallion (1998:26).
Paper tersebut menjelaskan mengapa, misalnya, angka kemiskinan resmi (official
figure) pada awal tahun 1990-an mendekati 15 persen di Amerika Serikat dan juga
mendekati 15 persen di Indonesia (negara yang jauh lebih miskin).
Artinya,
banyak dari mereka yang dikategorikan miskin di Amerika Serikat akan dikatakan
sejahtera menurut standar Indonesia.
Tatkala
negara menjadi lebih kaya (sejahtera), negara tersebut cenderung merevisi garis
kemiskinannya menjadi lebih tinggi, dengan kekecualian Amerika Serikat, yaitu
garis kemiskinan pada dasarnya tidak berubah selama hampir empat dekade.
Misalnya, Uni Eropa umumnya mendefinisikan penduduk miskin adalah mereka yang
mempunyai pendapatan per kapita di bawah 50 persen dari median (rata-rata)
pendapatan. Ketika median/rata-rata pendapatan meningkat, garis kemiskinan
relatif juga meningkat.
Dalam hal
mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan
relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat
pembangunan negara secara keseluruhan.
II.4 Penyebab Kemiskinan
Penyebab kemiskinan
sangat kompleks, sehingga perspektif dalam melihat berdasarkan persoalan real
dalam masyarakat tersebut. Persoalan real dalam masyarakat biasanya karena
adanya kecacatan individual dalam bentuk kondisi dari kelemahan biologis,
psikologis, maupun kultural sehingga dapat menghalanginya untuk memperoleh
peruntungan untuk dapat memajukan hidupnya. Kelompok yang masuk dalam golongan
yang tidak beruntung, yaitu kemiskinan fisik yang lemah, kerentaan,
keterisolasian dan ketidakberdayaan.
Pada umumnya di Negara
Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
-
Kurangnya lapangan
pekerjaan yang tersedia di Indonesia, Seperti kita ketahui lapangan pekerjaan
yang terdapat di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang ada
dimana lapangan pekerjaan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduknya.
Dengan demikian banyak penduduk di Indonesia yang tidak memperoleh penghasilan
itu menyebabkan kemiskinan di Indonesia.
-
Tidak meratanya
pendapatan penduduk Indonesia Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil
pekerjaan yang mereka lakukan relative tidak dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari sedangkan ada sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan
yang berlebih. Ini yang diusebut tidak meratanya pendapatan penduduk di
Indonesia.
-
Tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah Banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki
pendidikan yang di butuhkan oleh perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja.
Dan pada umumya untuk memperoleh pendapatan yang tinggi diperlukan tingkat
pendidikan yang tinggi pula atau minimal mempunyai memiliki ketrampilan yang
memadai dehingga dapat memp[eroleh pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dehari-hari
sehingga kemakmuran penduduk dapat terlaksana dengan baik dan kemiskinan dapat
di tanggulangi.
-
Merosotnya standar
perkembangan pendapatan per-kapita secara global. Yang penting digarisbawahi di
sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan
produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur
meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya,
seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun
beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi
kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
a)
Naiknya standar
perkembangan suatu daerah.
b)
Politik ekonomi
yang tidak sehat.
c)
Faktor-faktor luar
negeri, diantaranya:
-
Rusaknya
syarat-syarat perdagangan
-
Beban hutang
-
Kurangnya bantuan
luar negeri, dan
-
Perang
-
Menurunnya etos
kerja dan produktivitas masyarakat. Terlihat jelas faktor ini sangat urgen
dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos
kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang
bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan
dengan maksimal
-
Biaya kehidupan
yang tinggi. Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai
akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa
disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di
depan publik dan banyaknya pengangguran.
-
Pembagian subsidi
in come pemerintah yang kurang merata. Hal ini selain menyulitkan akan
terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga
secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain
rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
-
Kurangnya
perhatian dari pemerintah. Masalah kemiskinan bisa dibilang menjadi maslah
Negara yang semakin berkembang setiap tahunnya dan pemerintah sampai sekarang
belum mampu mengatasi masalah tersebut. Kureangnya perhatian pemerintah akan
maslah ini mungkin menjadi salah satu penyebnya.
-
Kemiskinan banyak
dihubungkan dengan:
1.
Penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
2.
Penyebab keluarga,
yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
3.
Penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
4.
Penyebab agensi,
yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang,
pemerintah, dan ekonomi.
5.
Penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
II.5 Dampak Dari Kemiskinan Terhadap Masyarakat
Banyak dampak yang
terjadi yang disebabkan oleh kemiskinan diantaran adalah sebagai berikut:
1.
Kesejahteraan
masyarakat sangat jauh dari sangat rendah Ini berarrti dengan adanya tingkat
kemiskian yang tinggi banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki
pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.
2.
Tingkat kematian
meningkat, ini dimksudkan bahwa masy6arakat Indonesia banyak yang menagalmi
kemtain akibat kelaparan atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat
dalam menjalani kemiskinan yang di alami.
3.
Banyak penduduk
Indonesia yang kelaparan karena tidak mampu untuk membeli kebutuha akan makanan
yang merka makan sehari-hari.
4.
Tidak bersekolah
(tingkat pendidikan yang rendah) ini menyebnabkan masyarakat si Indonesia tidak
mempunyai ilmu yang cukup untuk memperoleh pekerjaan dan tidak memiliki
keterampilan yang cukup untuk memperoleh pendapatan.
5.
Tingkat kejahatan
meningkat , Masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk memperoleh pendapatan
dengan cara-cara kejahatan karena dengan cara yang baik mereka tidak mempunyai
modal yaitu ilmu dan ketermpilan yang cukup.
II.6 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di
Indonesia
Bagaimana perkembangan
tingkat kemiskinan di Indonesia? Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) meluncurkan laporan tahunan Pembangunan manusia (Human Development
Report) 2006 yang bertajuk Beyord scarcity; power, poverty dan the global
water. Laporan ini menjadi rujukan perencanaan pembangunan dan menjadi salah
satu Indikator kegagalan atau keberhasilan sebuah negara menyejahterakan
rakyatnya. Selama satu dekade ini Indonesia berada pada Tier Medium Human
Development peringkat ke 110, terburuk di Asia Tenggara setelah Kamboja.
Jumlah kemiskinan dan
persentase penduduk miskin selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun, meskipun
ada kecenderungan menurun pada salah satu periode (2000-2005). Pada periode
1996-1999 penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta, yaitu dari 34,01
juta(17,47%) menjadi 47,97 juta (23,43%) pada tahun 1999. Kembali cerah ketika
periode 1999-2002, penduduk miskin menurun 9,57 juta yaitu dari 47,97 (23,43%)
menurun menjadi 38,48 juta (18,20%). Keadaan ini terulang ketika periode
berikutnya (2002-2005) yaitu penurunan penduduk miskin hingga 35,10 juta pada
tahun 2005 dengan presentasi menurun dari 18,20% menjadi 15,97 %. Sedangkan
pada tahun 2006 penduduk miskin bertambah dari 35,10 juta (15,97%) menjadi
39,05 juta (17,75%) berarti penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta
(1,78%).
Adapun laporan terakhir,
Badan Pusat Statistika ( BPS ) yang telah melaksanakan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) pada bulan Maret 2007 angka resmi jumlah masyarakat miskin
adalah 39,1 juta orang dengan kisaran konsumsi kalori 2100 kilo kalori (kkal)
atau garis kemiskinan ketika pendapatan kurang dari Rp 152.847 per-kapita per
bulan.
II.7 Upaya Pemerintah Mengatasi Masalah
Kemiskinaan
Beberapa program yang
dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain dengan
memfokuskan arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus
program tersebut meliputi 5 hal antara lain :
1.
Menjaga stabilitas
harga bahan kebutuhan pokok
2.
Mendorong
pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin
3.
Menyempurnakan dan
memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat.
4.
Meningkatkan akses
masyarakat miskin kepada pelayanan dasar
5.
Membangun dan
menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi
masyarakat miskin.
Dari lima fokus program
pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin yang ada dapat
tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang dilakukan
pemerintah terkait lima program tersebut antara lain:
a)
Menjaga stabilitas
harga bahan kebutuhan pokok. Program ini bertujuan menjamin daya beli
masyarakat miskin atau keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama
beras dan kebutuhan pokok utama selain beras. Program yang berkaitan dengan
fokus ini seperti :
-
Penyediaan
cadangan beras pemerintah 1 juta ton
-
Stabilisasi/kepastian
harga komoditas primer
b)
Mendorong
pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin. Program ini bertujuan mendorong
terciptanya dan terfasilitasinya kesempatan berusaha yang lebih luas dan
berkualitas bagi masyarakat atau keluarga miskin. Beberapa program yang
berkenaan dengan fokus ini antara lain:
-
Penyediaan dana
bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi
hasil/syariah dan konvensional.
-
Bimbingan
teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola Lembaga Keuangan Mikro
(LKM)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
-
Pelatihan budaya,
motivasi usaha dan teknis manajeman usaha mikro
-
Pembinaan
sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal
-
Fasilitasi sarana
dan prasarana usaha mikro
-
Pemberdayaan
ekonomi masyarakat pesisir
-
Pengembangan usaha
perikanan tangkap skala kecil
-
Peningkatan akses
informasi dan pelayanan pendampingan pemberdayaan dan ketahanan keluarga
-
Percepatan
pelaksanaan pendaftaran tanah
-
Peningkatan
koordinasi penanggulangan kemiskinan berbasis kesempatan berusaha bagi
masyarakat miskin.
c)
Menyempurnakan dan
memperluas cakupan program pembangunan
berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi
dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan
serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi
penduduk miskin. Program yang berkaitan dengan fokus ketiga ini antara lain :
-
Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan
-
Program Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
-
Program
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
-
Penyempurnaan dan
pemantapan program pembangunan berbasis masyarakat.
d)
Meningkatkan akses
masyarakat miskin kepada pelayanan dasar. Fokus
program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi
kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar. Beberapa program yang
berkaitan dengan fokus ini antara lain :
-
Penyediaan
beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
-
Beasiswa siswa
miskin jenjang Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah kejuruan/Madrasah Aliyah
(SMA/SMK/MA).
-
Beasiswa untuk mahasiswa
miskin dan beasiswa berprestasi.
-
Pelayanan
kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah
sakit.
e)
Membangun dan
menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi
masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari
kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan ekonomi. Program
teknis yang di buat oleh pemerintah seperti :
-
Bantuan sosial
untuk masyarakat rentan, korban bencana alam, dan korban bencana sosial.
-
Penyediaan bantuan
tunai bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memenuhi persyaratan
(pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan pemeriksaan rutin BALITA, menjamin
keberadaan anak usia sekolah di SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan
pelaksanaan pemberian bantuan sosial kepada keluarga miskin/RTSM) melalui
perluasan Program Keluarga Harapan (PKH).
-
Pendataan
pelaksanaan PKH (bantuan tunai bagi RTSM yang memenuhi persyaratan).
Berikut ini adalah
program-program pemerintah dalam menanggulagi kemiskinan di Indonesia.
1.
Anggaran untuk
program-program yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
penanggulangan kemiskinan dan pengangguran dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan
berbasis komunitas dan kegiatan padat karya.
2.
Mendorong APBD
provinsi, kabupaten dan kota pada tahun-tahun selanjutnya untuk meningkatkan
anggaran bagi penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
3.
Tetap
mempertahankan program lama seperti:
a)
BOS (Bantuan
Operasional Sekolah)
b)
RASKIN (Beras
Miskin)
c)
BLT (Bantuan
Langsung Tunai)
d)
Asuransi Miskin,
dsb
4.
Akselerasi
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga khususnya harga beras (antara lain:
menjaga harga beras dipasaran tidak lebih dari Rp.5000,- per Kg)
5.
Memberikan
kewenangan yang lebih luas kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan
pembangunan.
6.
Sinergi masyarakat
dengan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan.
7.
Mendayagunakan
potensi dan sumber daya lokal sesuai karakteristik wilayah.
8.
Menerapkan
pendekatan budaya lokal dalam proses pembangunan.
9.
Prioritas kelompok
masyarakat paling miskin dan rentan pada desa-desa dan kampung-kampung paling
miskin.
10. Kelompok masyarakat dapat menentukan sendiri kegiatan
pembangunan yang dipilih tetapi tidak
tercantum dalam negative list.
11. Kompetitif: desa-desa dalam Kecamatan haus
berkompetisi untukmemperbaiki kualitas kegiatan dan cost effectiveness.
12. PPK, P2KP, PPIP, SPADA dan diperkuat program-program
kementrian/lembaga.
13. Program Keluarga Harapan (PKH), berupa bantuan khusus
untuk pendidikan dan kesehatan.
14. Program pemerintah lain yang bertujuan meningkatkan
akses masyarakat miskin kepada sumber permodalan usaha mikro dan kecil, listrik
pedesaan,sertifikasi tanah, kredit mikro.
15. Program Pengembangan Bahan Bakar Nabati (EBN). Program
inidimaksudkan untuk mendorong kemandirian penyediaan energi terbaukan dengan
menumbuhkan “Desa Mandiri Energi”.
16. Penegakan hukum dan HAM, pemberantasan korupsi dan
reformasi birokrasi.
17. Percepatan pembangunan infrastruktur.
18. Pembangunan daerah perbatasan dan wilayah terisolir.
19. Revitalisai pertanian, perikanan, kehutanan, dan
perdesaan.
20. Peningkatan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan
dan ketertiban, serta penyelesaian konflik.
21. Peningkatan aksesbilitas dan kualitas pendidikan dan
kesehatan.
22. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM-Mandiri).
Ada beberapa program yang perlu dilakukan
agar kemiskinan di Indonesia bisa dikurangi.
1.
Meningkatkan
pendidikan rakyat. Sebisa mungkin pendidikan harus terjangkau oleh seluruh
rakyat Indonesia. Banyaknya sekolah yang rusak menunjukkan kurangnya pendidikan
di Indonesia. Tentu bukan hanya fisik, bisa jadi gurunya pun kekurangan gaji
dan tidak mengajar lagi.
2.
Pembagian
tanah/lahan pertanian untuk petani. Paling tidak separuh rakyat (sekitar 100
juta penduduk) Indonesia masih hidup di bidang pertanian. Menurut Bank Dunia,
mayoritas petani Indonesia memiliki lahan kurang dari 0,4 hektar. Bahkan ada
yang tidak punya tanah dan sekedar jadi buruh tani. Kadang terjadi tawuran
antar desa hingga jatuh korban jiwa hanya karena memperebutkan lahan beberapa
hektar!
3.
Tutup bisnis
pangan kebutuhan utama rakyat dari para pengusaha besar. Para petani/pekebun
kecil sulit untuk mengekspor produk mereka. Sebaliknya para pengusaha besar
dengan mudah mengekspor produk mereka (para pengusaha bisa menekan/melobi
pemerintah) sehingga rakyat justru bisa kekurangan makanan atau harus membayar
tinggi sama dengan harga Internasional. Ini sudah terbukti dengan melonjaknya
harga minyak kelapa hingga 2 kali lipat lebih dalam jangka waktu kurang dari 6
bulan akibat kenaikan harga Internasional. Pemerintah tidak bisa berbuat
apa-apa.
4.
Lakukan efisiensi
di bidang pertanian. Perlu dikaji apakah pertanian kita efisien atau tidak.
Jika pestisida kimia mahal dan berbahaya bagi kesehatan, pertimbangkan predator
alami seperti burung hantu untuk memakan tikus, dsb. Begitu pula jika pupuk
kimia mahal dan berbahaya, coba pupuk organik seperti pupuk hijau/kompos.
Semakin murah biaya pestisida dan pupuk, para petani akan semakin terbantu
karena ongkos tani semakin rendah.
5.
Data produk-produk
yang masih kita impor. Kemudian teliti produk mana yang bisa dikembangkan di
dalam negeri sehingga kita tidak tergantung dengan impor sekaligus membuka
lapangan kerja. Sebagai contoh jika mobil bisa kita produksi sendiri, maka itu
akan sangat menghemat devisa dan membuka lapangan kerja. Ada 1 juta mobil dan
6,2 juta sepeda motor terjual di Indonesia dengan nilai lebih dari Rp 200
trilyun/tahun. Jika pemerintah menyisihkan 1% saja dari APBN yang Rp 1.000
trilyun/tahun untuk membuat/mendukung BUMN yang menciptakan kendaraan nasional,
maka akan terbuka lapangan kerja dan penghematan devisa milyaran dollar setiap
tahunnya.
6.
Stop eksploitasi
atau pengurasan kekayaan alam oleh perusahaan asing. Kelola sendiri. Banyak
kekayaan alam kita yang dikelola oleh asing dengan alasan kita tidak mampu dan
sedang transfer teknologi. Kenyataannya dari tahun 1900 hingga saat ini ketika
minyak hampir habis kita masih ”transfer teknologi”.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar
belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan ,
pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan
kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Masalah dasar pengentasan
kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan
adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin
meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan
semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari
pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini
adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika
terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua
lini masyarakat.
Meskipun jumlah
kemiskinan hingga tahun 2011 kian berkurang yang mana pada tahun 2007 jumlah
miskin berjumlah sekitar 37.17 juta
orang ,2008 sekitaar 34,96 dan hingga
tahun 2011 jumlahnya mencapai 30,02 Juta
orang,kita sebagai warga negara indonesia jangan terlalu berbagga hati
dulu,nyatanya meskipun tiap tahun kemiskinan berkurang,belum tentu yang
menikmati program menanggulangi kemiskinan seperti BLT tepat sasaran masih
banyak orang yang terlantar yang sama sekali belum menyentuh bantuan
tersebut.mengurangi bukan suatu penyelesaiaan,tetapi mengatasilah yang
merupakan suatu penyelesaiannya,sebenarnya bisa saja mengurangu jumlah warga
miskin dengan cara di bunuh saja agar tidak membebani negara tanpa mengeluarkan
uang sedikitpun,tetapi itu bukan suatu cara menyelesaikan masalah tetapi
menambah masalah,jika kemiskinan di atasi dengan carayang tepat sasaran maka
insya allah warga negara indonesia akan sejahtera adil dan makmur.
III.2 Saran
Dengan adanya makalah ini
diharapakan pembaca telah mengerti dan memahami tentang kemiskinan, sehingga
dapat menerapkan nya dalam kehidupan masyarakat dan mengurangi tingkat
permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Safrudin.
(2008). Persentase Kemiskinan.http://persentase/kemiskinan/diindonesia/sejak/1994/2010
.html (diakses tanggal 27 Desember
2012).
Alians.
(2009). Pemerintah dan
Kemiskinan.http://google/searche?/pemerintah/dan.kemiskinan/.com.html (diakses
tanggal 27 Desember 2012).
Santoso,
Djoko. (2007). Wawasan Kebangsaan. Yogyakarta. The Indonesian Army Press.
Riyadi,
Slamet dkk. (2006). Kewarganegaraan Untuk SMA/ MA. Banyumas. CV. Cahaya
Pustaka.
Pidarta,
Prof. Dr. Made. (2004). Penyakit lama Negara. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Addiy.
(2010). Definisi Kemiskinan.
http://google/Definisi-kemiskinan-artikel.com.html(diakses 27 Desember 2012).
Weiz,
Fajar. (2011). Artikel Sosiologi.
http://fajarweiz.blogspot.com/2011/05/artikel-sosiologi.html
Saidihardjo
& Sumadi HS. (1996). Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. ( Buku 1 ).
Yogyakarta : FIP FKIP
Suharto,
Eko Ph.D.( 2009), “ Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia,
Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan”,: Bandung
Edi
Suharto. Phd. Konsep Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya.
Sukirno
Sadono, Ekonomi Pembangunan, Depok, Lembaga penerbit fakultas ekonomi
universitas Indonesia,1978
BPS
Provinsi DKI Jakarta. 2009. Jakarta Dalam Angka 2009. Jakarta : BPS Provinsi
DKI Jakarta
http://myfatihurrizqi.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-kemiskinan-di-indonesia.html
Komentar
Posting Komentar